Investasi Harus Mendorong Kemitraan Bisnis Besar Dan Kecil

Dia mencatat bahwa pemerintah akan memastikan insentif investasi yang dapat memperkuat industri dalam negeri dan perekonomian negara. (Investasi) harus mendorong transformasi ekonomi, dari produksi bahan baku ke industri pengolahan, dan memperkuat industri berorientasi ekspor yang akan menawarkan nilai tambah. Dengan cara ini, kita dapat merevitalisasi industri dan mengurangi impor bahan baku. Gunakan sumber daya ekonomi lokal yang kita miliki, paparnya.

Jokowi juga mengimbau para menteri untuk merancang kebijakan investasi sesuai dengan kepentingan nasional.

"Tidak hanya menciptakan lapangan kerja baru dan mengurangi pengangguran, tetapi kita juga harus dapat memberdayakan pengusaha dalam negeri, terutama usaha mikro, kecil, dan menengah, dengan memanfaatkan peluang alih teknologi," katanya.

Dia mengatakan bahwa kebijakan tentang investasi juga harus mendorong kemitraan antara bisnis besar dan usaha kecil, menengah, dan mikro.

Wakil Presiden Jusuf Kalla, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution, Menteri Koordinator Bidang Kelautan Luhut Binsar Pandjaitan, Menteri Sekretaris Negara Pratikno, Sekretaris Kabinet Pramono Anung, Kepala Staf Presiden Moeldoko, Menteri Negara BUMN Rini Soemarno, Pekerjaan Umum dan Menteri Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono, Menteri Keuangan Sri Mulyani, Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara, dan Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto hadir dalam pertemuan tersebut.

Shoeb Z. Kagda, pendiri Forum Ekonomi Indonesia (IEF), telah menegaskan bahwa konektivitas adalah kunci untuk meningkatkan pembangunan dan pertumbuhan ekonomi. Dalam sambutannya pada diskusi yang diadakan di sini pada hari Rabu, Shoeb menyatakan bahwa konektivitas tidak hanya dalam bentuk infrastruktur fisik, seperti jembatan, jalan, atau bandara, tetapi juga konektivitas digital.

Konektivitas digital harus dibangun oleh pemerintah, mengingat ekonomi global saat ini dibangun oleh teknologi, termasuk kecerdasan buatan, analisis data, dan drone, terutama untuk mengumpulkan informasi dalam skala besar dalam waktu singkat.

Menurut Shoeb, walaupun pemerintah Indonesia telah berhasil menjaga angka pertumbuhan ekonomi stabil, negara ini masih sangat ketinggalan dalam hal kesiapan adaptasi teknologi, pengembangan infrastruktur digital, dan kapasitas sumber daya manusia dibandingkan dengan negara lain.

Dia menambahkan bahwa konektivitas digital tidak hanya dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas industri tetapi juga meningkatkan nilai keuntungan hingga US $ 11 miliar selama periode 2020-2030.

#-#-#-#-#-#-#-#-#-#-#-#-#-#-#-#-#-#-#-#-#-#-#-#-#-#-#-#-#-#-#-#-#-#-#-#-#-#-#-#-#-#-#-#-#-#-#-#-#-#-#-#-#-#-#-

Untuk mencapai konektivitas digital, Shoeb menekankan bahwa pemerintah harus meningkatkan kualitas pendidikan dan menyelaraskannya dengan kebutuhan industri; mengembangkan rencana untuk meningkatkan informasi, infrastruktur, komunikasi, dan teknologi secara komprehensif; dan meningkatkan daya saing ekonomi.

Salah satu cara untuk meningkatkan daya saing adalah melalui pengembangan pusat ekonomi di luar Jakarta dan Jawa, katanya. Menurut Shoeb, setiap daerah harus menjadi pusat industri independen yang menyediakan produk dan layanan bagi perekonomian nasional.

Hal ini dapat terwujud jika pemerintah dapat memastikan bahwa dalam lima tahun ke depan, setiap lembaga saling terhubung, dan dunia bisnis dapat berkolaborasi. Diskusi yang diadakan oleh IEF dihadiri oleh para ekonom, praktisi bisnis, serta pembuat kebijakan dan politisi. Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) membantah tudingan bahwa industri kelapa sawit di Indonesia telah menghasilkan minyak sawit kotor.

"Kami juga tidak dapat menerima penggunaan istilah` minyak kelapa sawit kotor`, seperti saat ini, pemerintah dan industri telah berusaha untuk mempercepat pencapaian industri minyak sawit berkelanjutan, "kata Direktur Eksekutif GAPKI Mukti Sardjono dalam sebuah pernyataan di sini di Rabu.

Minyak sawit kotor adalah istilah yang digunakan untuk minyak sawit yang diproduksi dengan cara yang tidak berkelanjutan dengan menghancurkan hutan hujan. Menurut Sardjono, minyak sawit telah menjadi sektor utama untuk mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan.

Dia mengklaim bahwa manajemen perkebunan kelapa sawit telah mematuhi peraturan, dari proses perizinan dan manajemen perkebunan hingga produksi minyak sawit.

"Semua perusahaan perkebunan kelapa sawit, dalam menjalankan bisnisnya, harus mendapatkan Izin Usaha Perkebunan (IUP) yang dikeluarkan oleh pemerintah. Tanpa IUP, perusahaan tidak dapat menjalankan bisnis perkebunan," katanya, seraya menambahkan bahwa izin tersebut juga telah dilampirkan. dokumen penilaian dampak lingkungan untuk memastikan bahwa perkebunan akan menjalankan bisnis tanpa merusak lingkungan.

Dia menekankan bahwa perkebunan kelapa sawit harus mematuhi peraturan pemerintah dan prinsip-prinsip Minyak Sawit Berkelanjutan Indonesia (ISPO). Sardjono mengklaim bahwa anggota asosiasi kelapa sawit memiliki manajemen maju untuk mencegah dan menangani kebakaran hutan.

Sebanyak 413 perusahaan telah memperoleh sertifikat ISPO, dan pada 2019, semua anggota GAPKI diharapkan untuk memproses sertifikat berkelanjutan mereka.